Profil Desa Selabaya
Ketahui informasi secara rinci Desa Selabaya mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.
Tentang Kami
Desa Selabaya, Kecamatan Kalimanah, merupakan pusat kuliner sate legendaris dan basis industri kreatif yang dinamis di Purbalingga. Dengan lokasi strategis, desa ini memadukan kekuatan UMKM di sektor pangan, konveksi, dan kerajinan sapu yang produktif.
-
Pusat Kuliner Sate Blater
Selabaya dikenal luas sebagai "kampung sate", menjadi rumah bagi puluhan warung sate legendaris "Blater" yang menjadi ikon kuliner dan tujuan wisata gastronomi utama di Purbalingga.
-
Basis Industri Konveksi
Desa ini merupakan salah satu sentra industri konveksi rumahan yang signifikan, khususnya dalam produksi pakaian jadi seperti kaos dan kemeja, yang menyerap banyak tenaga kerja lokal.
-
Kerajinan Sapu Glagah
Selabaya menjadi pusat pelestarian dan produksi kerajinan sapu glagah, sebuah industri kreatif berbasis tradisi yang memberikan nilai tambah ekonomi bagi masyarakatnya.

Di antara deretan desa yang membentuk Kecamatan Kalimanah, Kabupaten Purbalingga, Desa Selabaya menonjol dengan identitas yang kuat sebagai pusat kuliner dan industri kreatif. Desa ini bukan sekadar sebuah wilayah administratif, melainkan sebuah destinasi gastronomi yang melegenda, terutama karena popularitas sate "Blater"-nya yang tersohor. Di balik aroma sate yang menggoda, Selabaya juga menyimpan denyut nadi ekonomi kerakyatan yang tangguh, digerakkan oleh ratusan tangan terampil di sektor konveksi dan kerajinan tradisional, menjadikannya salah satu desa paling dinamis dan produktif di Purbalingga.
Secara geografis, Desa Selabaya menempati lahan seluas 117,13 hektar, sebuah wilayah yang berkembang menjadi kawasan pemukiman padat dan pusat komersial. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2021, desa ini dihuni oleh 6.305 jiwa, menjadikannya salah satu desa dengan populasi terpadat di Kecamatan Kalimanah, dengan tingkat kepadatan mencapai 5.383 jiwa per kilometer persegi. Kepadatan ini merupakan cerminan dari daya tarik ekonomi dan lokasinya yang strategis. Dengan kode pos 53371, Selabaya secara administratif terbagi menjadi 3 Dusun, 4 Rukun Warga (RW) dan 24 Rukun Tetangga (RT), menopang komunitas yang hidup dari semangat wirausaha.
Jejak Sejarah dan Asal-Usul Nama
Sejarah Desa Selabaya terikat erat dengan kondisi geografis dan cerita tutur yang berkembang di masyarakat. Nama "Selabaya" diyakini berasal dari dua suku kata, yakni "Sela" dan "Baya". Dalam bahasa Jawa, "Sela" berarti batu, sementara "Baya" atau "Boya" berarti buaya. Menurut legenda yang paling populer, nama ini merujuk pada sebuah batu besar di sungai desa yang bentuknya menyerupai buaya.
Konon, batu tersebut menjadi penanda alam yang sangat dikenal oleh masyarakat pada masa lampau. Karena keunikannya, lokasi di sekitar "batu buaya" tersebut kemudian dinamai "Selabaya". Cerita ini, meskipun bersifat folklor, memberikan gambaran bagaimana masyarakat masa lalu sangat lekat dengan alam dan menggunakan penanda-penanda alamiah untuk menamai tempat tinggal mereka. Nama Selabaya menjadi warisan budaya yang menyimpan jejak pengamatan dan imajinasi para leluhur terhadap lingkungan sekitarnya.
Pilar Ekonomi: Sinergi Kuliner, Konveksi, dan Kerajinan
Perekonomian Desa Selabaya berdiri di atas tiga pilar utama yang saling menguatkan: industri kuliner sate, industri konveksi rumahan, dan kerajinan sapu glagah. Kombinasi ketiganya menciptakan sebuah ekosistem ekonomi yang beragam dan berdaya tahan.
Kampung Sate Blater: Ikon Kuliner Purbalingga
Identitas yang paling melekat pada Desa Selabaya adalah sebagai "Kampung Sate". Di sinilah pusat dari sate Blater yang legendaris berada. Puluhan warung sate, baik yang besar maupun kecil, berderet di sepanjang jalan desa, menawarkan sate ayam dan kambing dengan resep bumbu khas yang diwariskan secara turun-temurun. Nama "Blater" sendiri merujuk pada wilayah asal mula perintis sate ini, yang kemudian berkembang pesat di Selabaya.
Industri sate ini menjadi motor penggerak ekonomi yang luar biasa. Setiap hari, ribuan tusuk sate diproduksi untuk melayani pelanggan yang datang dari berbagai penjuru Purbalingga bahkan dari luar kota. Sektor ini menciptakan rantai ekonomi yang panjang, mulai dari penyerapan tenaga kerja sebagai juru masak, pelayan, dan tukang parkir, hingga menjadi pasar utama bagi para peternak ayam dan kambing di desa-desa sekitar. Keberhasilan sate Blater telah mengangkat nama Selabaya menjadi destinasi wajib bagi para pencinta kuliner.
Sentra Industri Konveksi yang Produktif
Di luar hingar bingar dunia kuliner, di dalam rumah-rumah warga Selabaya terdengar deru mesin jahit yang menandakan geliat industri konveksi. Desa ini merupakan salah satu basis utama produksi pakaian jadi di Purbalingga. Ratusan unit usaha konveksi skala rumahan aktif memproduksi berbagai jenis pakaian, terutama kaos, kemeja, dan seragam.
Keterampilan menjahit warga Selabaya, terutama kaum perempuan, menjadi aset utama industri ini. Mereka mampu mengerjakan pesanan dalam jumlah besar dengan kualitas yang terjaga. Produk konveksi dari Selabaya dipasarkan ke berbagai daerah melalui jaringan pedagang grosir di pasar-pasar besar seperti Pasar Tanah Abang di Jakarta. Industri padat karya ini menjadi sumber pendapatan vital bagi banyak keluarga dan menjadi bukti semangat wirausaha warga Selabaya.
Melestarikan Kerajinan Sapu Glagah
Di tengah dominasi kuliner dan konveksi, Selabaya juga menjadi salah satu benteng pelestarian kerajinan sapu glagah. Sejumlah warga masih tekun memproduksi sapu yang terbuat dari bunga rumput gelagah ini secara tradisional. Kerajinan yang menuntut ketelatenan ini menjadi sumber pendapatan alternatif sekaligus upaya menjaga warisan budaya ekonomi lokal. Sapu glagah dari Selabaya dikenal awet dan memiliki kualitas yang baik, menjadikannya produk yang tetap dicari di tengah gempuran produk modern.